Iklan Tintanesia
Promosi
Scroll untuk melanjutkan membaca

Ledakan Kreativitas! Diklat Seni SMA Wahid Hasyim Model Menggema di WGP Ketanen

Foto kegiatan Diklat Seni SMA Wahid Hasyim Model di WGP Ketanen Gresik, menampilkan peserta dengan tenda di alam terbuka dekat gua.
Suasana Diklat Seni Teater, Musik, dan Tari di WGP Ketanen. (SASTRAPANTURA/Zuhdi)

SASTRAPANTURA, GRESIK – Di tengah suasana alam Wahana Goa Panceng (WGP) Ketanen, sebuah pembelajaran seni berlangsung dengan penuh ketenangan dan semangat kreatif. Sejak 19 hingga 21 November 2025, para siswa SMA Wahid Hasyim Model Sumberwudi Lamongan mengikuti Diklat Seni Teater, Musik, dan Tari. Kegiatan ini menjadi ruang pembentukan karakter, rasa, dan ekspresi melalui sentuhan estetika yang menyentuh jiwa.

Pantauan SASTRAPANTURA, Suasana diklat tidak hanya diisi dengan latihan fisik dan materi teknis, tetapi juga kontemplasi mengenai makna seni dalam kehidupan. Para peserta tampak serius, namun tetap menikmati proses yang dijalani. Dengan latar alam yang tenang, pelatihan ini seperti perjalanan rasa menuju pemahaman tentang kreativitas dan jati diri.

Antusiasme tampak jelas sejak hari pertama. Para peserta yang berjumlah sekitar 70 orang mengikuti setiap sesi dengan fokus dan semangat tinggi. Dukungan pihak sekolah, serta pengelola lokasi wisata menjadi fondasi penting bagi kelancaran dan kebermaknaan kegiatan ini.

Wadah Seni yang Menghadirkan Pengalaman Belajar Mendalam

Diklat ini menghadirkan sejumlah pemateri yang telah lama berkarya dalam dunia seni. Masing-masing Ally Waffa sebagai seniman lukis nasional, Sogie musisi Lamongan, serta Anung sebagai seniman Gresik yang aktif dalam berbagai panggung kesenian.

Selain itu, hadir pula Ferry yang dikenal sebagai seniman tari, serta Deni, seniman muda Gresik yang terus berkembang dalam karya-karyanya. Kegiatan ini turut diperkuat oleh Demong dan Mas Muncez dari Teater Roda yang dikenal dengan gaya teater reflektif dan kritis.

Kemudian hadir juga dari pulau sebrang, yakni Aryo Hélap vokalis Kasokan Madura. Meski hanya sekedar berkunjung, kehadiran pria yang juga sebagai pengamat sastra Madura kuno ini menunjukkan bahwa Diklat tersebut lebih dari sekadar pelatihan.

Berkenaan dengan Diklat, salah satu pembina yang enggan disebut namanya menyampaikan pesan reflektif mengenai esensi kegiatan tersebut, “Diklat ini bukan hanya tentang belajar teknik seni, tetapi tentang menemukan diri sendiri melalui proses kreatif. Seni adalah bahasa hati, dan setiap peserta berhak menemukan suaranya masing-masing."

Dia kemudian menambahkan bahwa proses belajar seni membutuhkan waktu, perjalanan, dan kesabaran. Pihaknya tidak menuntut hasil yang instan.

Sebab yang terpenting adalah keberanian mencoba, membuka diri, dan merawat rasa. Di sanalah seni tumbuh," ujar dia.

Semangat Berkesenian yang Terus Tumbuh

Suasana saat malam terakhir Diklat. (SASTRAPANTURA/Zuhdi)

Para pemateri, kata dia melanjutkan , tidak hanya memberikan materi teknis, tetapi juga pengalaman hidup dan perjalanan panjang mereka. Tentu hal ini membuat suasana belajar menjadi hangat, inspiratif, dan penuh pesan tentang kesabaran, proses, serta dedikasi dalam dunia seni.

"Para peserta pun akan merasa dihargai dan didorong untuk menemukan karakter dan gaya artistik mereka sendiri," ungkapnya.

Menurutnya, kegiatan diklat tersebut mampu menghadirkan ruang latihan yang tidak kaku, bahkan bisa fleksibel dan menyatu dengan suasana alam. Para peserta menikmati setiap sesi dengan kesadaran penuh bahwa seni adalah bagian dari perjalanan manusia.

"Dari tari tradisi, musik eksperimental, hingga seni peran, seluruh elemen pelatihan berjalan penuh dinamika dan penghargaan terhadap keberagaman ekspresi,"

Dipaparkan, bahwa dukungan dari pihak sekolah menjadi wujud nyata bahwa seni tidak lagi dianggap sebagai pelengkap, tetapi sebagai bagian penting pembentukan karakter.

"Para guru memberikan pendampingan dengan penuh perhatian agar pelatihan berjalan tertib namun tetap memberi ruang eksplorasi yang luas," pungkasnya.

Sekedar diketahui, pengelola wisata WGP Ketanen juga berperan dalam menciptakan ruang belajar yang nyaman dan bersahabat. Lingkungan yang rindang dan tenang menghadirkan suasana yang mendukung konsentrasi, dialog kreatif, serta tumbuhnya rasa syukur dalam proses pembelajaran seni. Dengan ekosistem yang mendukung ini, diklat menjadi lebih daripada kegiatan rutin. Jauh dari itu, yakni sebagai momen berharga yang akan dikenang oleh para peserta.

Melalui kegiatan ini, SMA Wahid Hasyim Model kembali membuktikan komitmennya dalam membangun generasi kreatif yang memiliki sensitivitas seni dan karakter spiritual yang kuat. Diklat ini diharapkan melahirkan pelajar yang bukan hanya mampu berkarya, tetapi juga mampu memahami nilai, keindahan, dan humanitas melalui jalur kesenian. Sebuah perjalanan kecil yang membuka pintu pada ruang-ruang kemungkinan yang lebih besar di masa depan.*

Penulis: Zuhdi

Baca Juga
Tag:
Posting Komentar